Dengan demikian, pengguna internet atau konten yang aktif belum tentu teruji kapasitasnya. Parahnya, rumus-rumus algoritma tertentu lebih banyak mengarahkan pengguna medsos pada akun atau channel yang sudah trending tanpa ada pertimbangan portofolio atau keahlian.
"Di satu sisi, era disrupsi ini memberi kita kemudahan akses. Namun di sisi lain, algoritma dan frekuensi klik cenderung membuat keahlian dan otoritas keilmuan kurang mendapatkan proporsi tampilan yang seimbang. Situasi ini bisa mengarah pada hoaks, kejumudan berpikir, dan keengganan berdialog," katanya.
Artikel Rekomendasi